Pages

About


meneh...
Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "


nih, waktu nampil

ni juga

Followers

Sample Widget

Sanggar Suluh

Sanggar Suluh
Selasa, 07 Desember 2010

Jendela Kreatifitas Member Suluh Minggu Ini



Karya Andi M E Wirambara

KETIKA AKU TAK BISA TIDUR
:kau yang kutemui di sela senja itu

aku tahu ini sudah malam --dinihari bahkan
tapi yang kuingat malah senja, sejewantah
siluet meredup-nyala pertemuan kita.
tapi tetap saja ini malam, dan terlalu cepat
untuk senja memerah pipinya kupuji-puja
sekarang. pun itu karena kau ada. ada karena kau.

aku ingin tidur, sebab aku mengantuk. hanya
ada yang menyalak di bawah bantalku yang
botak, seolah tak sudi untuk kepala diletak.
lalu kuangkat bantalku, ada rindu meringkuk
seperti janin di rahim ibu. janin usil yang merubah
jenis kelaminnya tiap lima menit waktu. rindu 
mungil nan gempal, rindu yang tak mampu
kutahan; untuk kucubiti pelan-pelan

rindu itu mendadak berteriak. macam merak
dicolek-goda sekelompok gagak yang bersaing
dengan setengger jalak. hingga riuh begitu
meledak. pekik mengacak kantung mataku
yang remang. aku jadi rindu suaramu, rindu
apa-apa tentang kau. kudamba.

aku ingin tidur, tapi waktu masih saja berjalan
seperti langkah kakimu yang menyisa jejak
di mataku. menyisa waktu yang berceceran
dan kuhitung-hitung; satu rindu, dua rindu
satu waktu, rindu berlalu, tiga rindu, em...
...zzzz....

(Malang 2010)


Karya Dian Novitasari Darmawan


Salamku Buat Ibunda

Ibu...
Apa kabarmu hari ini? 
Adakah kau sempat rehat sejenak
Dari bangunmu pagi tadi
Saat Sang mentari masih belum beranjak dari peraduannya

Memasak makan pagi buat keluargamu
Meski kantuk masih terasa di pelupuk matamu
Menyiapkan baju yg akan dipakai ayah 
Yang engkau setrika rapi penuh cinta
Tak lupa memeriksa tas sekolah adik
Supaya tak ada yg terlupa

Aku tahu engkau lelah
Itu terlihat dari parasmu
Tapi engkau tetap tersenyum ramah
Dan menganggap semua itu lalu

Ibu...
Kini aku berada jauh darimu
Bukan ku tak cinta
Bukan ku tak sayang 
Aku hanya ingin menguji kasihku padamu

Adakah jarak membuatku melupakanmu?
Adakah jarak membuatku alpa akan dirimu?
Dan adakah jarak meghilangkanmu dari benakku?

Tidak,ibu...
Tidak,,
Aku malah semakin menyayangimu
Aku jadi merindumu
Dari jauh kusampaikan ,,
Aku sangat mencintaimu...

( Dumai, November 2010)


Karya Ika Ta'Kan Putus Asa


Balada Pengemis Tua

Bersimpuh ia bersila
ditepian jalan penuh onak
menengadahkan topi butut carut marut
demi sebuah kata
:hidup

Buntu lagilagi memekik dalam ayunan migren
pun, irama perut mengiringi dentuman hati menggerus kristalkristal suci

Kaki berucap ingin beranjak
tapi tak kuat
rapuh telah menepuh
:sepuh

Malu tertunduk dalam tatapan nista seribu bahasa
apa daya, rima batinnya lirih

Untuk amanah suci menanti tercabutnya ruh dalam ketakberdayaan bersama rapuh dalam senja yg telah menua tanpa sanak tanpa saudara

Di tepi jalan itu ia masih bersimpuh tertunduk dalam sila bersama topi butut carut marut. . .

JKT,30112010
Rouzix Zahra as_syeefa


Karya Dian 'Sisy' Arlika


AKU ADALAH PEREMPUAN LIAR DALAM SELIMUT MU


cinta yang kau minta dengan iba dan rayu
menjadi bomerang untuk ku
jelas ini bukan bumbu penyedap percintaan
kukatakan ini adalah serbuk penyiksaan yang kau bungkus kedalam selimut ku. lalu kau balutkan ke tubuh ku yang baru diserang sakit
kau jilati tubuh ku dengan lidah mu yang kau olesi bubuk cabe dari seorang balian
kau tahu, jauh sebelum kita mengulum senja kala itu
aku adalah perempuan yang liar terhadap dunia dan aturan dalam undang-undang yang tak pernah disahkan oleh siapapun
tetapi aku selalu menjajakan cinta pada makhluk iba
yang ku kenal lewat rutinitas tengah malam, sore atau siang
begitulah,
ku pikir kau begitu curiga
padahal curiga selalu membuang wajah ku dalam rindu
ketika kau melihat bening mata ku
kau katakan seperti sedang meminum juice sambil menyelam dalam sungai jernih
dan aku menunggu mu di tepian, siap menghangatkan mu jika tubuh mu yang di denyar cahaya menjadi dingin. Sambil ku dedahkan pesona ku kepada setiap baha duri yang tersesat mencari cinta maka aku siap membelatikan sisa ciuman ku yang memburaikan syahwat.



Teras Puitika, 5 Nov 2009


Karya Afdal Afwan


PERSEMBAHAN

sebelum senja, di daerah terlarang
dara rela saja dibikin korban;
dihunus dengan belati berulangkali,
padahal dibelatinya ada setan.

dara telah gelap mata, dan disangkanya
inilah persembahan sebagai tanda pengorbanan
dari segala ketulusan dan kemurnian yang diberi nama, cinta!

tapi malam harinya
apakah segalanya masih tetap biru?
atau sekedar nuruti naluri yang memburu?
sedangkan tubuhnya dilumuri darah,
warna darahnya merah kehitaman

jadi jejak sesal abadi!



Karya Q Alexander Setiawan


Kalam

Ilalang meliuk bak penari bar
mendeskripkan lantangan angin merajai lamunan

sepenggal ranting bertaut
melahirkan kidung penantian
menebar senyum haus perasaan

ilalang pun tertunduk malu
menyaksikan desiran angin berlalu

hanya kalam..

hanya kalam Laa Ilaaha illallah Muhammadurrasulullah;
mampu menguasai hati perih


Karya Mumbang Tuanku


Anjing Itu Hapal Namamu



sesakit apa jiwa jikalau anjing itu selalu berteriak namamu
dalam gonggong yang kejam
seperti ta'i kau berkata-kata
persetan wibawa hanya bisa menjilat sekeping logam
demi harga diri yang tertataih

anjing itu juga sesekali menyebut namaku
sebentar lagi mungkin nama petinggi

atau anjing lupa
kalau kita sedang tertawa

(Mumbang)
Senin, 29 November 2010

JENDELA KREATIFITAS MEMBER SULUH MINGGU INI

-Karangan Afdal Afwan-


DONGENGAN KATAK DALAM TEMPURUNG

1
Rahasia katak dalam tempurung
Lantang garang meraungraung.
Ditungkup tempurung menjaja kata,
Kata usang tanpa makna:
Borok booo’… Borok booo’…

2
Begitu katak keluar dari tempurung,
Diam-diam temboloknya mengkerut
Nyalinya ciut, raungannya menyusut.

Ditelannya dalamdalam suaranya;
Dalam pembuktiannya bengong sendiri,
Lihat dunia luar, tenyata gila sekali.

Agar tetap terkesan maha tau
Katak menyamar menjadi beruk:
Tutup mata
Tutup telinga
Tapi mulut masih mengeluarkan suara:
Borok booo’… Borok booo’…

3
Semula katak makan serangga
Kini berganti makan spagety.

Berlagak tenang biar dikatakan wibawa
Bagaikan padi penuh berisi.

Seakan sudah pernah melanglang buana
Katak berbicara bagaikan maha raja
Tau dan bijak akan segala-galanya.

4
Kini katak mulai ganti profesi
Dari propokator jadi politisi;
berjas safari juga berdasi.

Tak mau merasa ketinggalan,
Katak ikut nampang di TV.
Cuapcuap bagaikan selebriti,
hanya populer karena sensasi.

5
Katak masih belum puas hati,
Buat lagu lalu rekaman sendiri.

Album pun rampung , siap diedarkan.
Lagunya merdu mendayudayu, berlirikan:
Borok booo’… Borok booo’…


JANGAN SAYANG

Pohon Surga
Ranum buahnya yang diberinama Khuldi;
Memberitahu, betapa nikmatnya;
Cinta Adam kepada Hawa
Antarkan manusia pertama ke dunia

Jangan kau pinta itu padaku, sayang
Seperti Adam demi Hawa.
Nanti Tuhan marah!

Jangan lagi kau rayu aku begitu, sayangku
Buktikan segalanya padamu!
Sedangkan Adam dan Hawa saja
Dicampakkan dari Surga ke Dunia

Lantas, bagaimana nantinya nasib kita?
Selain ke neraka,
Kemana lagi kemungkinannya?


-Karangan Mahatma Muhammad- 

ruang gelap nan tumpah
; teruntuk Youri Kayama


1.

satu puisi dua puisi tiga puisi dan seterusnya puisi kita kunyah kita mamah kita muntahkan imaji kita tumpah dari segala resah. menjelma namamu pada setiap helai kertas entah yang ke berapa menghikmati persebutuhan permainan rasa dengan rangkaian katakata pada sebuah sudut yang kita sebut ruang gelap nan tumpah
-apa lagi yang kita cari
dari lembaran kertas dan secangkir kopi?

2.

berikutnya kita mengorek senyum dan mencabik cabik naskah sandiwara hingga kita bernyanyi menari melonjak lonjak tak tau diri. percakapan kita mengalir tanpa pernah menjumpai muara karena memang sudut waktu menuntut untuk tidak pernah lelah payah mencari nama kita sendiri di persimpangan yang kita sebut ruang gelap nan tumpah
-siapa yang akan hentikan
jika kapal kertas kita berlayar dengan lautnya secangkir kopi?

3.

seterusnya kita tidak akan tidur karena sudah berjanji mengarungi bumi yang tak pernah tidur meski terkesan mendengkur. kita akan diskusi beranekarupa beranekawarna beranekatawa hahahaha hantar kita menulis sesuatu tak terduga yang dicintai sekaligus dicaci maki dari berbagai lapis tipis maha manusia
-ruang gelap nan tumpah
“belum akan mati dengan lembaran kertas dan secangkir kopi”

4.

nah waktunya tiba
bersoleklah untuk
janji kita
buku kita

Padang 26.11.2010
 


-Dian Novitasari Darmawan- 

CINTA ITU ADA

Cinta...
Dimanakah kau berada?!!
Apakah kau mengikuti sang angin?
Terbang dan berhembus kemana pun kau suka
Ataukah mengalir bersama sang air
Mengikuti arus hingga sampai ke muara yg kau tuju

Berusaha menggapaimu
Tapi aku tak bisa
Kau terbang menjauh

Berusaha menggenggammu
Tapi aku tak kuasa
Kau menetes jatuh
mencari muaramu

Mencari...
Mencari...
Dan mencari...

Aku terpaku
Aku tergugu
Terdiam termangu
Adakah cinta itu?!!

Namun akhirnya kusadar
Cinta itu ada
Cinta itu tumbuh sejak aku menghirup udara di dunia ini
Cinta yg selalu hadir menemaniku
Cinta itu ada di hatiku
Ada di hatimu
Ada di hatinya
Dan ada di hati mereka

Tak perlu mencarinya
Karena cinta itu ada
Bersarang di hati kita..
 
Senin, 22 November 2010

ORDE KEMATIAN

cerita pendek yadhi rusmiadi jashar

HUJAN membakar kota dalam dingin yang membusukkan darah. Hujan telah menghanguskan sungai kuning di bawah Jembatan Ampera.
Kota yang dibakar hujan bersama linangan orbituari, telah diberitakan para nabi kemanusiaan pada seminar HAM sedunia. Hujan telah membakar kehangatan dan kedamaian istirahat Mahatma Ghandi, dan Hitler serta Westerling bercekakakan sambil memakan cacing tanah yang menempel di tulang tengkoraknya. Hujan membakar kubur mereka dalam aroma yang kontrastif.
“Demi manusia, telah turun hujan-Ku, untuk mengikis kebodohan mereka. Tetapi mereka selalu lupa bahwa Aku telah begitu banyak menguras air mata sampai Aku tidak dapat berhenti lagi.”
Dalam hujan.
Ia memakai mantel yang terbuat dari seling baja. Kemudian ia mengambil bohlam 2000 watt yang berpijar dan memindahkan cahayanya ke saku mantel. Mr. Hegel menyisi-nyisi di antara lipatan-lipatan hujan dan menghampiri bayi-bayi tabung yang masih berserakan di jalanan.
Ia membagikan cahaya bohlam 2000 watt kepada mereka. Bayi-bayi tabung berjingkrat-jingkrat. Cahaya bohlam 2000 watt menyinari dada mereka yang telanjang dengan sinarnya yang gilang gemilang: menyinari kegelapan masa depan umat sejagat yang lelah berharap Sang Penyelamat membawa obor penyejuk kepala.
Setelah puas bermain, mereka pasti akan pulang ke rumah masa lalunya. Mereka akan kembali menekuri episode selanjutnya dari puisi konkret kehidupan mereka.
Bayi-bayi tabung mendatangi Mrs. Hegel yag tengah membersihkan ceceran darah pada dinding-dinding sejarah yang kotor. Seribu tanya bermuncratan dalam kepala mereka. Seribu kebingungan memenuhi labirin otak mereka.
Mrs. Hegel mendelik, membungkam keingintahuan bayi-bayi tabung pada kotoran di dinding itu. Ia lalu memunguti satu persatu bayi–bayi tabung dan mengurung mereka di gudang tempat persediaan makan mereka 1314 hari tersimpan.
Di gudang itu pula, Mrs. Hegel mengalengi beras berkutu bercampur kerikil untuk makan mereka pukul tiga.
“Aku ingin menangkap angin,” suluk seorang bayi tabung sambil berancang-ancang mengejar milenium ketiga yang bertemperasan menerobos celah-celah dinding di gudang tanpa satupun bayi-bayi tabung mampu menghalanginya.
“Tetapi, kita terkungkung.” Bayi tabung yang lain menimpali dengan pesimisme yang akut.
“Aku ingin menangkap angin yang terperangkap di gudang ini.”
Bayi-bayi tabung berlarian di dalam gudang, memburu angin yang terperangkap lalu membakarnya dengan cahaya bohlam 2000 watt. Mereka tertawa sambil menggaruk koreng di hidungnya, menertawakan Mr. Hegel yang terbakar di antara tiga puluh dua tahun jalan tol yang mengangkangi lipatan-lipatan air hujan.
Mr. Hegel tengah menunggu pawai boneka-boneka bersenjata, menunggu seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan kemungkinan, menunggu arak-arakan kematian di tengah badai yang menghanyutkan daki-daki sejarah pada dinding-dinding zaman.
“Aku hendak mencatat kebenaran sejarah,” ujarnya dalam orasi diam di kerumunan suara-suara hatinya. Kebisingan suara-suara di luar jatidirnya mengacaukan arus darah di saluran vena.
“Dan, ingat-ingatlah kawan, kita tidak dapat mencatat kembali sejarah agar sesuai dengan keinginan dan harapan kita,” kata Agathon, sang penyair Yunani, mengingatkan Mr. Hegel yang terperangkap dalam mitos-mitos Jules Verne: Idealisme para futuris.
Hujan masih saja berkepanjangan menghapus noktah-noktah sejarah dalam lembaran kitab Negara Kertagama. Hujan telah menghanyutkan kotoran aliran sungai Musi di dalam benak Mr. Hegel. Bayi-bayi tabung di gudang dan Mrs. Hegel yang tengah menanak nasi di dapur adalah sejarah aliran kotor sungai Musi yang dilupakan Mr. Hegel.
Mr. Hegel terlalu asyik mencatat sejarah kejayaan kedatuan Sriwijaya dan keperkasaan Mahapatih Gajah Mada. Ia melupakan sejarah dirinya sendiri dan bayi-bayi tabung serta Mrs. Hegel yang hidup digenangi sejarah yang kumuh.
“Aku ingin menangkap angin yang menghembuskan kebenaran sejarah,” rintih Mr. Hegel di antara derap lars baja dan hilir mudik panser yang membadai. Seorang wartawan yang meliputnya hanyut diseret arus sejarah topi-topi baja.
“Anda harap minggir!”
“Tetapi, saya hanya menunaikan misi Tuhan.”
“Kami tidak peduli. Harap minggir!”
“Saya hanya ingin mencatat sejarah.”
“M I N G G I R !!”
Dan…
Mr. Hegel minggir setelah tonjokan keras singgah di mukanya. Mr. Hegel terbanting setelah popor senjata melekat di tulang pipinya. Ia tertelungkup mencium genangan air mata berjuta-juta kaum Sudra. Mantelnya yang berisi cahaya bohlam 2000 watt terkoyak di bagian punggung seluas pulau Jawa.
Bayi-bayi tabung menangis di gudang. Mereka telah membakar habis angin. Mrs. Hegel pun menangis di dapur setelah menghabiskan berliter-liter angin untuk menanak nasi berkerikil. Tujuh ribu enam ratus sembilan puluh sembilan janda dan anak yatim menangisi kematian suami dan bapak tercinta mereka dalam pergolakan tanpa nama. Sementara seseorang itu menghabiskan waktu menjual angin yang terbungkus jaket warna-warni di tengah hujan mulai reda.
“Angin…… Angin………. Angin. Siapa mau beli. Tidak mahal, Cuma seharga ketulusan dan optimisme yang liat,” teriak seseorang itu.
Tetapi, tidak ada seorangpun mau membeli angin di tengah badai ini. Orang-orang telah memiliki persediaan angin yang cukup untuk hidup mereka beberapa jam ke depan. Setelah itu, mereka hanya mampu memompa mimpi dan hanya ingin mengangon angan sebagai pengganti angin.
Mr. Hegel merangkak hendak pulang, manakala gelombang pasang hendak menerjang. Ia hanyut bersama 2000 watt cahaya bohlam di saku mantelnya. Ia hanyut sehanyut-hanyutnya dalam keriuhan pasar-pasar yang dijarah, toko-toko yang dibakar, dan mayat-mayat yang bergelimpangan.
Mr. Hegel terjerumus ke dalam pusaran sejarah tanpa bisa melepaskan diri darinya. Ia hanyut mengikuti alur sejarah yang horor dari kota ke kota.
“Telah terjadi pembunuhan sejarah,” rintih Mr. Hegel di antara aktor intelektual yang membagikan lembaran puluhan ribu dari Sang Dalang kepada para perusuh, penjarah, dan para avonturir.
“Telah terjadi pembusukan sejarah,” imbuhnya. Dan, provokator yang tertawa-tawa sengau menjadi momok menakutkan bagi bayi-bayi tabung di malam hari. Menjadi mimpi buruk dalam tidur mereka dan selalu berbuah kegetiran.
“Berkenalanlah denganku; bukan dewa kebenaran atau filsuf keadilan.”
“Telah Kau catat dalam kitab kejadian, aku bukanlah patung sejarah pembunuhan dan pembusukan massal atas kedaulatan hati nurani manusia. Akulah pembunuh dan pembusuk sejarah itu.” Ujar seseorang.
Entah siapa.
Tawanya mengumbar kematian, membuat orang-orang semakin bersembunyi di tabung televisi. Mereka semakin enggan melihat wajah mereka yang dirusak cuka.
Tembang-tembang kematian yang dinyanyikan oleh para nabi kemanusiaan mengalir seiring gemericik air mancur bercampur darah. mengalir seiring hujan yang tidak akan pernah berhenti sampai besok hari. Tembang-tembang horor yang digubah oleh siapa memenuhi tiap inci otak bayi- bayi tabung. Menjadi pengiring tidur malam mereka yang gelisah.
Sampai esok, mungkin ada tembang lain. Tetapi, yang terdengar hanyalah tembang-tembang kematian di antara hujan dan denyut aliran Musi yang terus bergolak rusuh sepanjang abad.
Keruh….
Sekeruh catatan sejarah yang terus berulang dan terpatri di dalam diri Mr. Hegel yang sudah membeku dan telah menjadi monumen di pinggiran kota Kosmopolitan Palembang. Tatakan semen di kakinya bertulisan; “TAHUN 5961-8661: UNTUK PERINGATAN SEPANJANG SEJARAH. ORDE YANG KITA LEWATI SELALU DITANDAI DENGAN KEMATIAN.”
Dan…,
Hari ini, jutaan orang dari masa lalu dengan amarah di kepalanya merobohkan patung Mr. Hegel. Tiap bongkahan patung itu, sebesar kepalan tangan kaum reformis, dijadikan makanan penutup akhir zaman. * * * * *
Sabtu, 20 November 2010

Pemuda Merah Bagi Para Demonstran

:kado buad Mahatma Muhammad,selamat atas prestasinya

jangan lalulalang saja para demonstran
sebab di jalan banyak daun pisang
hujan,di matamu karam
petinggi sunsang
       cukup huruhara saja
       dikamarkamar merajalela
       kertaskertas mata petuah yang lelah
       jadi kambing hitam jalanan Ibu kota
pemuda menarinari dibising jejak derita
tukang sampah hanyalah alasnya
tempat bercarutmarut yang dikatakata
        penguasa-pengusa
         serapah:serakah
                durja
jangan mundar-mandir saja,Hai
tak pasaipasai melukai  lekuk perisai
dada bung  yang membusung
dalam galon pendemo bayaran
ujung matamata meremah murka
uang diterima luka menganga
                  bung,dari pada bikin onar di kotakota
                           lebih baik mengaji di gedunggedung pemerintah
                                       baca puisi di barbar penguasa
                                            atau berlari sekencangkencangnya
                                       biar memar memecah pusara
                                                serakah;serapah   
janagan       lalu      lalang saja demonstran
biar tak lemah jadilah pemudah merah
riaria gembiragembira
satusatu kita berpegang teguh
dalam tubuh ibukbapak guru
lalu di rusuh kita berpacu
   :jadi pemuda peminum susu
    bukan bikin ricuh

YK,Lakitan,2010

Kamis, 18 November 2010

Cerita Abah

kupelajari lewat mimpimimpi cara mengenal dan bersuasapa denganmu, kubayangkan aku mengenakan lencana dan menyandang badik serta senjata. Mengikat kepala dengan bendera lalu dengan sedikit menunduk merambah darah dari aliran nanah penjajah. Aku ingin jadi Pembunuh dan aku ingin membunuh saat itu juga, 
seketika aku terjaga. Ah


***


Di tanah Emak, aku mengenal pelepah dan tanah merah tempat tuatua melempar petuah dengan cerita dari silau lampau. Aw, aku kadang ingin menjerit DOOOR ketika Abah sibuk memelinting tembakau yang ke berapa puluhnya, terpaksa menghenti cerita. Tanahku memang melahirkan para pencerita ulung, melahirkan nusa retorika yang tak terkalahkan. Cobalah mengetik di perpustakaan terbesar abad ini yang sekiranya ditutup akan menjadi bencara besar, ya bertanyalah kepada Mbh Google dengan mengetik 'Young Dollah'. Seorang pendongeng dengan daya imajinasi semesta yang tak berbatas juga gaya mahir merengkuh penceritaan.

"Jang, besok kalau kau besar jadilah pahlawan bagi Abah dan Mak ya!" Abah yang duduk dikursi berkain sarung berkopiah miring menatapku dalam, Aku tersenyum dan mengangguk, menampilkan sederetan gigi kuning bocah degil kampung yang tak kenal waktu penat. "Lalu kau harus ingat bahwa hidup adalah milik akhirat, artinya dunia ini hanyalah jalan menuju kesana, Kau sudah Abah kasi tahu akhirat Jang?"

"Sudah Bah!" Emak meremas kepalaku setelah menaruh secangkir kopi di atas meja sebelah Abah. Ini memang jadwal Abah minum kopi super besar yang disebutnya 'kopi tersedap' buatan Emak. Emak menyimpul rambutnya ketat lalu duduk sisebelahku.

"Kau belajar Apa tadi Nak?" Emak manarik tubuhku rebah dipangkuannya, kadang sampai aku tertidur.
"Sejarah Mak!"
"Ceritakanlah pada Emak!"
"Emak kenal Pangeran Diponegoro?"
"Semacam Sultankah itu Nak?"
"Entahlah Mak, dia selalu memakai kuda!""kau juga punya kuda Nak, tapi tak bisa dibuat naik, tuu!" Emak menunjuk kuda buatanku dari kayu yang kutakik, terpajang dekat lemari tua sebelah kiri ruang tengah. Aku tertawa memunum senyum Emak.

"Oh, dia Raden Mas Ontowiryo!" Abah tiba-tiba menyela setelah menghembus asap tembakau dari mulutnya.
"Siapa pula itu bang?"
"ya itu yang disebutkan anak dikau Nab"
"Sultan itu?"
"Bukan, yang Pangeran Diponegoro!"
"Oo, jadi itu nama samaran bang? macam intel dekat tipi tu?"
"Bukan Nab, dia orang hebat yang dimiliki negeri ini, tidak tamak dengan kekuasaan yang sudah jelas-jelas ada di depan mata. Bayangkan Nab, dia ditawar jadi raja tapi ditolaknya mentah-mentah, setelah itu dia bergerak melawan Belanda menebarkan ancaman propaganda. Kalau orang sekarang Nab, usahkan ditawar, meminta jabatanpun tak malu lagi. Tujuannya satu, kemewahan duniawi!"
"Jadi teringat kerajaan Melaka Bang!"
"Ah, itulah kenapa ada pepatah Melayu, Raja Adil Raja di Sembah, Raja Lalim Raja di Sanggah"
"Jang, dengar cakap Abah tu! Jang.. Dah tidur anak kita bang!"
"Pergilah dikau bawa masuk bilik!"


***


kembali kupelajari lewat mimpi cara bersuasapa dengamu, wajah cerita abah yang kupelajari juga di sekolah. Seorang laki-laki yang datang ke tanahku, tanah Melayu, mengenakan songket, berkuda dan nemakai sorban dikepala, dia berkata"Jadilah pahlawan bagi Emak dan Abahmu!"
Aku terjaga, Ah
"Bah, besok ceritakan lagi!"




Semarang, 10/11/2010
Qur'anul Hidayat Idris
Rabu, 13 Oktober 2010

TERAS SASTRA (TeSt) MENAMPUNG KARYA ANDA UNTUK DIDISKUSIKAN DAN DITERBITKAN DI BULETIN 'TERAS SULUH'

Salam Budaya!

Salam Suluh!

Sanggar Suluh akan merealisasikan agenda yang telah direncanakan dari awal berdirinya. Memosisikan diri untuk ikut andil dalam perkembangan sastra serta coba membangun jiwa kritis dan keterbukaan dalam pengkajian sastra. Ini dirasa penting untuk dapat mengawal sebagian kecil dari sekian banyak karya sastra yang bermunculan setiap menitnya.

“Teras Sastra” atau yang disingkat TeSt akan “Membuka Lahan” pada akhir bulan oktober 2010, tepatnya tanggal 31 yang selanjutnya akan dilakukan secara berkala dua minggu sekali. Obrolan santai tapi cerdas akan membahas salah satu karya terpilih yang didapat dari seluruh penjuru nusantara.

Keunikan dari TeSt terletak pada ‘ketidakpentingan’ kehadiran pengarang terhadap hasil karyanya. Dalam teori pengkajian sastra ini berlaku, setelah karya sastra diterbitkan (publish) maka pengarang sudah terpisah dari karyanya yang telah memiliki dunia sendiri, lalu diterjemahkan tanpa intimidasi sang pengarang. Hasil karya selanjutnya menjadi tanggungjawab para pengkaji, pembedah, penelaah atau yang mencoba membuka tabir hubungan antara karya dengan dirinya maupun orang lain. Untuk lebih formalnya, kritikus sastralah yang menjadi jembatan pemahaman ke pembaca yang lebih luas.

Bila memungkinkan pengarang untuk hadir dalam TeSt, tidak ada larangan untuk itu, namun tidak menjadi sebuah keharusan. Lalu bagaimana pengarang dan pembaca umum bisa tahu hasil diskusi?

Pertanyaan ini akan sekaligus dijawab dalam pembahasan teknis TeSt,


1. Penulis boleh berasal dari belahan manapun di Indonesia, tidak ada dikotomi pendidikan, kelas, jabatan,           pangkat, profesi, latarbelakang, politik, agama dan semua jenis pemisah dan pemecahbelah,

2. Terlebih dahulu membolehkan karyanya untuk ditelaah dan dikaji sebelum dikirim ke panitia,

3. Tulisan boleh dalam bentuk apapun, baik puisi, cerpen, naskah drama, esai sastra, artikel sastra dan segala       macam bentuk karya sastra lainnya,

4. Bagi yang belum menjalin pertemanan di FB dengan panitia penjaring karya online bisa meng-add Qur’anul       Hidayat Idris dan Sanggar Suluh guna untuk men-tag info dan hasil diskusi serta mempermudah komunikasi       lebih lanjut,

5. Tidak ada pembatasan jumlah tulisan yang dikirimkan

6. Tulisan dikirimkan ke: quranul@yahoo.co.id

7. Dibawah karya dicantumkan identitas singkat dan kontak yang bisa dihubungi,

8. Tenggat untuk pengiriman Teras Sastra (TeSt) ‘Buka Lahan’ tanggal 25 Oktober 2010, karya boleh dikirim     setelah tanggal tersebut dengan catatan akan masuk dalam daftar pertimbangan karya TeSt kedua,

9. Panitia akan melakukan rapat kecil untuk menentukan karya mana yang akan diangkat dalam TeSt ‘Buka         Lahan’ tanggal 31 Oktober 2010 di Semarang (nama tempat menyusul dalam info berikutnya)

10. Setelah terpilih, undangan, pamflet serta pemberitahuan ke yang bersangkutan akan dilaksanakan                     secepatnya.

11. Hasil diskusi akan diterbitkan di catatan FB, blog Sanggar Suluh juga Blog-blog milik panitia untuk bisa           disimak dan dibahas kembali oleh teman-teman yang tidak bisa hadir dalam TeSt,

12. Karya terpilih tersebut akan diterbitkan di buletin ‘Teras Suluh’ dan akan dikirimkan ke yang bersangkutan       (tanpa imbalan materi)

13. Begitulah aliran karya dalam TeSt, selanjutnya akan diumumkan untuk TeSt berikutnya.

Teras Sastra belumlah menjadi even sastra besar, namun kita berharap anda menjadi bagian dari kami untuk eksis dalam memberikan andil dalam dunia sastra saat ini. Terima kasih kami ucapkan yang telah berpartisipasi, semoga Sanggar Suluh dapat terus belajar dan membagikan hasil pembelajaran tersebut buat kemanfaatan bersama.


Info berkenaan TeSt dapat juga dilihat di,



http://sanggarsuluh.blogspot.com/

dan,

http://kampungkaryakita.blogspot.com/


(INFO INI TOLONG DIBAGIKAN KE REKAN, KERABAT, TEMAN UNTUK BISA DISIARKAN KE SELURUH NUSANTARA)

terimakasih...



salam budaya!

Salam Suluh!