Sabtu, 20 Maret 2010
Almari Kreatifitas Suluh Minggu Ini
From: SANGGAR SULUH
Leraian Warna
Kebahagiaan yang datang
Tiba-tiba menyulap suasana hati
Yang sebelumnya biasa saja
Kini menjadi berseri indah
Kebahagiaan ini terus saja berjalan
Hingga anak adam merasa bosan
Kejenuhan pun menghampiri
Pasang surut gejala kesedihan
Kesedihan kini menggantikan suasana
Relung sudut jantung terasa kencang
Tinggal perjuangan yang harus dipertaruhkan
Melerai kesedihan menjadi kebahagiaan lagi
Ketika Mentari
Saat mentari menyapa pagi
Kusibatkan senyum terindah
Saat mentari mengajak menari
Kurangkul sekitar alam berseri
Saat mentari mulai mengeluh
Ku tetap mengajak hati lega
Saat mentari benar-benar hilang
Kumasih sisakan kehangatan semua
Saaat mentari tak pernah terlihat
Ku akan salam untuk kebahagiaan
Siti Mahsunah
Gelisah yang membekas
Dalam gelisah aku terjerat
Aku tak pernah berangan-angan
Terpenjara dalam kegelisahan
Semangatku untuk lari teramat berat
Ingin rasa hati marah
Ingin jiwa ini remuk
Namun raga ini lengah
Tiada lagi harapan menjenguk
Airmataku jatuh berlinang
Mengalir tenang di pipiku
Tak dapat aku hentikan
Dimana aku berlindung?
Jiwa ini hancur tak berbekas
Tiada senyum yang tersimpan
Kegelisahan yang membekas
Terkikislah semua harapan
JIWA YANG HILANG
Kau dihatiku, dalam jiwa dan ragaku
Abadi bak selamanya. Duhai ibundaku
Kini kau pergi dengan sang burung
Terbanga jauh dari hidupku
Sepi, hampa, sunyi hidup ini
Tanpa hadirnya dirimu
Kuyakini jiwa dan ragamu milikku
Kau tak akan tinggalkan aku sendiri
Aku ingin melihatmu tersenyum
Aku ingin merasakan hangatnya pelukanmu
Aku ingin menikmati sentuhan tanganmu
Lembutnya belaian kasih suci darimu
Damailah di negeri nan jauh
Jagalah ibundaku Tuhan
Jangan biarkan ia tersesat
Lindungilah dia…
From: SANGGAR SULUH
BINGKISAN PUISI : SITI MAHSUNAH (anggota
Leraian Warna
Kebahagiaan yang datang
Tiba-tiba menyulap suasana hati
Yang sebelumnya biasa saja
Kini menjadi berseri indah
Kebahagiaan ini terus saja berjalan
Hingga anak adam merasa bosan
Kejenuhan pun menghampiri
Pasang surut gejala kesedihan
Kesedihan kini menggantikan suasana
Relung sudut jantung terasa kencang
Tinggal perjuangan yang harus dipertaruhkan
Melerai kesedihan menjadi kebahagiaan lagi
Semarang, 2010
Ketika Mentari
Saat mentari menyapa pagi
Kusibatkan senyum terindah
Saat mentari mengajak menari
Kurangkul sekitar alam berseri
Saat mentari mulai mengeluh
Ku tetap mengajak hati lega
Saat mentari benar-benar hilang
Kumasih sisakan kehangatan semua
Saaat mentari tak pernah terlihat
Ku akan salam untuk kebahagiaan
Semarang, 2010
BINGKISAN PUISI : RATNA ZULYANI (anggota)
Gelisah yang membekas
Dalam gelisah aku terjerat
Aku tak pernah berangan-angan
Terpenjara dalam kegelisahan
Semangatku untuk lari teramat berat
Ingin rasa hati marah
Ingin jiwa ini remuk
Namun raga ini lengah
Tiada lagi harapan menjenguk
Airmataku jatuh berlinang
Mengalir tenang di pipiku
Tak dapat aku hentikan
Dimana aku berlindung?
Jiwa ini hancur tak berbekas
Tiada senyum yang tersimpan
Kegelisahan yang membekas
Terkikislah semua harapan
Semarang, 2010
JIWA YANG HILANG
Kau dihatiku, dalam jiwa dan ragaku
Abadi bak selamanya. Duhai ibundaku
Kini kau pergi dengan sang burung
Terbanga jauh dari hidupku
Sepi, hampa, sunyi hidup ini
Tanpa hadirnya dirimu
Kuyakini jiwa dan ragamu milikku
Kau tak akan tinggalkan aku sendiri
Aku ingin melihatmu tersenyum
Aku ingin merasakan hangatnya pelukanmu
Aku ingin menikmati sentuhan tanganmu
Lembutnya belaian kasih suci darimu
Damailah di negeri nan jauh
Jagalah ibundaku Tuhan
Jangan biarkan ia tersesat
Lindungilah dia…
Semarang, 2010
BINGKISAN PUISI : ABDUL ROCHIM S (anggota)
Tak Usah Ragu Kawan!
Pendek pengetahuan
Pengetahuan keilmuan
Ilmu mengantarkan kemenangan
Pendek ilmu
Akankah kemenangan
Dapat diraih di hadapan
Tak usah ragu kawan
Jejak langkahmu
Detak jantungmu
Hembusan nafasmu
Dengan niat ikhlasmu
Akan mengantarkan
Kedepan pintu kemenangan
Kemenangan dunia
Kemenangan kubur
Kemenangan akhirat
Tak usah ragu kawan
Semarang, Januari 2010
Abdul Rochim Saechun
Negara, tak berhati ramai
Hati terkadang ramai
Bagai teriakan anak kecil
riang mandi di kali
ramainya hati
pertanda kebahagiaan
kebahagiaan karena kesenangan
pencapaian angan
Bangsa ini memang
Tak berhati ramai
Bangsa ini tak menghiraukan
Teriakan anak kecil
Yang selalu riang mandi di kali
Entah karena kali telah tercemar
Ataukah kini anak kecil ketakutan
Sungguh
Kembalikan senyuman dengan iringan
Tertawa riang anak kecil
Demi masa depan bangsaku
Tempat awal aku menangis
Meneteskan butira-butiran air mata
Semarang, 2009
Abdul Rochim Saechun
NB: Tunggu karya-karya selanjutnya ya,,, pastinya lebih variatif...
SULUUUUUHHH....... Yes!!!
SULUUUUUHHH....... Yes!!!